Kerajaan Sumbawa berdiri pada 29 Juni 1684 oleh Mas Bantam dari dinasti Dewa Dalam Bawa bergelar Sultan Harunnurasyid I (1674-1702). Akan tetapi Istana Dalam Loka mulai dibangun pada tahun 1885 di masa pemerintahan Sultan Muhammad Jalaluddin Syah III (1883-1931), yang merupakan Sultan ke-16 dari dinasti Dewa Dalam Bawa. Dalam Loka berasal dari dua kata, yakni “Dalam” yang berarti istana atau rumah-rumah di dalam istana dan “Loka” yang berarti dunia atau tempat. Jadi, Dalam Loka bermakna istana tempat tinggal raja.
Sebenarnya, dulu di tempat yang ini terdapat 3 buah istana yang saling bersebelahan, yaitu Istana Bala Balong, Istana Bala Sawo dan Istana Gunung Setia, namun karena bangunanya sudah tidak kuat lagi, dibangunlah sebuah istana yang jauh lebih besar dari ketiga istana tersebut, dan diberi nama Istana Dalam Loka. Istana Dalam Loka merupakan istana panggung terbesar dari kayu di dunia. Istana Dalam Loka memiliki luas 696,98 m².
Lokasi Istana Dalam Loka yang pada saat ini terletak di dalam kota menunjukkan bahwa kota ini sejak dahulu kala merupakan pusat pemerintahan dan pusat kegiatan perekonomian di wilayah tersebut. Raja-raja Sumbawa beserta keluarganya dulu juga tinggal di dalam istana ini. Sekarang, istana ini telah menjadi sebuah museum daerah (Museum Dalam Loka) untuk menyimpan benda-benda bersejarah milik Kabupaten Sumbawa. Di taman istana ini juga kerap kali dijadikan lokasi dari event-event bergengsi, dan juga acara-acara kebudayaan lainnya di kota Sumbawa.
Bangunan utama istana ini adalah Bala Rea (Graha Besar) yang terletak di dalam komplek Istana Dalam Loka berbentuk rumah panggung kembar, disangga 99 tiang jati tanpa perekat yang melambangkan 99 sifat Allah (Asma’ul Husna). Bahan baku pembangunan istana Dalam Loka ini sebagian besar didatangkan dari pelosokpelosok desa di sekitar istana. Khusus untuk kayu jati ukuran besar didatangkan dari hutan Jati Timung, sedangkan atap sengnya didatangkan dari Singapura. Di Istana Tua Dalam Loka, pengunjung bisa melihat ukiran motif khas daerah Sumbawa yang terletak di berbagai ornamen kayu.
Bangunan Bala Rea ini menghadap ke selatan lurus ke depan alun-alun, ke arah bukit Sampar yang merupakan situs makam para leluhur. Di sebelah barat alunalun terdapat Masjid kerajaan, yaitu Masjid Nurul Huda yang masih berdiri hingga sekarang. Dan di sebelah timur komplek istana mengalir sungai Brang Bara.
Bala Rea ini memiliki banyak ruangan dengan fungsinya masing-masing, yaitu: Lunyuk Agung, terletak di bagian depan sebagai tempat dilangsungkannya musyawarah, resepsi, dan serangkaian kegiatan penting lainnya; Lunyuk Mas, terletak bersebelahan dengan Lunyuk Agung yakni ruangan khusus bagi permaisuri, para isteri menteri, dan staf penting kerajaan ketika dilangsungkan upacara adat; Ruang Dalam Sebelah Barat, terdiri dari kamar-kamar yang memanjang dari arah selatan ke utara sebagai kamar peraduan raja yang hanya disekat kelambu dengan ruangan sholat. Di sebelah utara Ruang Dalam merupakan kamar tidur Permaisuri bersama dayang-dayang; Ruang Dalam Sebelah Timur, terdiri atas empat kamar, diperuntukkan bagi putra/putri Raja yang telah berumah tangga. Di ujung utaranya adalah letak kamar pengasuh rumah tangga; Ruang Sidang, terletak pada bagian utara (bagian belakang) Bala Rea. Pada malam hari ruangan ini digunakan sebagai tempat tidur para dayang; Dapur terletak berdampingan dengan ruang perhidangan; Kamar Mandi, terletak di luar ruang induk, yang memanjang dari kamar peraduan raja hingga kamar permaisuri; Bala Bulo, di depan ruang tamu permaisuri (Lunyuk Mas), berbentuk rumah dua susun. Lantai pertama yang sejajar dengan Bala Rea sebagai tempat putra/putri raja bermain, sedangkan lantai dua untuk tempat Permaisuri beserta istri para bangsawan menyaksikan pertunjukkan yang dilangsungkan di lapangan istana.
Di luar Bala Rea terdapat beberapa sudut penting sebagai bagian keseluruhan kompleks istana seperti Keban Alas (kebun Istana), Bala Buko (gapura/ tembok istana) dan Bale Jam (rumah jam). Di luar komplek ini terdapat kebun istana (kaban alas), gapura atau tembok istana (bala buko), rumah jam (bala jam) dan tempat untuk lonceng istana.
Pertama kali memasuki istana akan ditemukan susunan tangga berjumlah 17 anak tangga yang melambangkan 17 rukun sholat. Tangga ini menjadi satu-satunya jalan masuk ke istana. Tangga ini menyimbolkan bahwa siapapun harus menghormati raja. Hal ini tercermin dari keharusan membungkuk bagi siapapun yang melewati tangga ini.
Sebenarnya, dulu di tempat yang ini terdapat 3 buah istana yang saling bersebelahan, yaitu Istana Bala Balong, Istana Bala Sawo dan Istana Gunung Setia, namun karena bangunanya sudah tidak kuat lagi, dibangunlah sebuah istana yang jauh lebih besar dari ketiga istana tersebut, dan diberi nama Istana Dalam Loka. Istana Dalam Loka merupakan istana panggung terbesar dari kayu di dunia. Istana Dalam Loka memiliki luas 696,98 m².
Lokasi Istana Dalam Loka yang pada saat ini terletak di dalam kota menunjukkan bahwa kota ini sejak dahulu kala merupakan pusat pemerintahan dan pusat kegiatan perekonomian di wilayah tersebut. Raja-raja Sumbawa beserta keluarganya dulu juga tinggal di dalam istana ini. Sekarang, istana ini telah menjadi sebuah museum daerah (Museum Dalam Loka) untuk menyimpan benda-benda bersejarah milik Kabupaten Sumbawa. Di taman istana ini juga kerap kali dijadikan lokasi dari event-event bergengsi, dan juga acara-acara kebudayaan lainnya di kota Sumbawa.
Bangunan utama istana ini adalah Bala Rea (Graha Besar) yang terletak di dalam komplek Istana Dalam Loka berbentuk rumah panggung kembar, disangga 99 tiang jati tanpa perekat yang melambangkan 99 sifat Allah (Asma’ul Husna). Bahan baku pembangunan istana Dalam Loka ini sebagian besar didatangkan dari pelosokpelosok desa di sekitar istana. Khusus untuk kayu jati ukuran besar didatangkan dari hutan Jati Timung, sedangkan atap sengnya didatangkan dari Singapura. Di Istana Tua Dalam Loka, pengunjung bisa melihat ukiran motif khas daerah Sumbawa yang terletak di berbagai ornamen kayu.
Bangunan Bala Rea ini menghadap ke selatan lurus ke depan alun-alun, ke arah bukit Sampar yang merupakan situs makam para leluhur. Di sebelah barat alunalun terdapat Masjid kerajaan, yaitu Masjid Nurul Huda yang masih berdiri hingga sekarang. Dan di sebelah timur komplek istana mengalir sungai Brang Bara.
Bala Rea ini memiliki banyak ruangan dengan fungsinya masing-masing, yaitu: Lunyuk Agung, terletak di bagian depan sebagai tempat dilangsungkannya musyawarah, resepsi, dan serangkaian kegiatan penting lainnya; Lunyuk Mas, terletak bersebelahan dengan Lunyuk Agung yakni ruangan khusus bagi permaisuri, para isteri menteri, dan staf penting kerajaan ketika dilangsungkan upacara adat; Ruang Dalam Sebelah Barat, terdiri dari kamar-kamar yang memanjang dari arah selatan ke utara sebagai kamar peraduan raja yang hanya disekat kelambu dengan ruangan sholat. Di sebelah utara Ruang Dalam merupakan kamar tidur Permaisuri bersama dayang-dayang; Ruang Dalam Sebelah Timur, terdiri atas empat kamar, diperuntukkan bagi putra/putri Raja yang telah berumah tangga. Di ujung utaranya adalah letak kamar pengasuh rumah tangga; Ruang Sidang, terletak pada bagian utara (bagian belakang) Bala Rea. Pada malam hari ruangan ini digunakan sebagai tempat tidur para dayang; Dapur terletak berdampingan dengan ruang perhidangan; Kamar Mandi, terletak di luar ruang induk, yang memanjang dari kamar peraduan raja hingga kamar permaisuri; Bala Bulo, di depan ruang tamu permaisuri (Lunyuk Mas), berbentuk rumah dua susun. Lantai pertama yang sejajar dengan Bala Rea sebagai tempat putra/putri raja bermain, sedangkan lantai dua untuk tempat Permaisuri beserta istri para bangsawan menyaksikan pertunjukkan yang dilangsungkan di lapangan istana.
Di luar Bala Rea terdapat beberapa sudut penting sebagai bagian keseluruhan kompleks istana seperti Keban Alas (kebun Istana), Bala Buko (gapura/ tembok istana) dan Bale Jam (rumah jam). Di luar komplek ini terdapat kebun istana (kaban alas), gapura atau tembok istana (bala buko), rumah jam (bala jam) dan tempat untuk lonceng istana.
Pertama kali memasuki istana akan ditemukan susunan tangga berjumlah 17 anak tangga yang melambangkan 17 rukun sholat. Tangga ini menjadi satu-satunya jalan masuk ke istana. Tangga ini menyimbolkan bahwa siapapun harus menghormati raja. Hal ini tercermin dari keharusan membungkuk bagi siapapun yang melewati tangga ini.