Masjid Kuno Bayan Beleq merupakan saksi bisu masuknya islam di Pulau Lombok. Masjid ini menjadi salah satu situs bersejarah yang ada di Indonesia.
Masjid ini berdiri pada abad ke-17, yang berarti usianya telah lebih dari 300 tahun. Di Kecamatan Bayan inilah, Islam pertama kali diperkenalkan, dan Masjid Bayan Beleq merupakan masjid pertama yang berdiri di Pulau Lombok.
Wujud masjid kuno ini sangat sederhana. Dindingnya terbuat dari anyaman bambu, atapnya berbentuk tumpang yang tersusun rapi dari atap santek (bilah bambu) dengan lantai yang terbuat dari tanah liat yang dilapisi susunan batu kali dan ditutupi dengan tikar buluh.
Bentuk masjid ini tidak berbeda jauh dengan rumah-rumah adat sekitarnya. Denahnya berBangunan masjid memiliki ukuran 9 x 9 meter. Di sudut-sudut ruang masjid terdapat empat tiang utama penopang masjid yang terbuat dari kayu nangka berbentuk silinder.
Keempat tiang tersebut berasal dari empat desa (dusun), yaitu tiang sebelah Tenggara dari Desa Bilok Petung Lombok Timur; tiang sebelah timur laut dari Desa Terengan; tiang sebelah barat laut dari Desa Senaru; tiang sebelah Barat Daya dari Dusun Semokon Desa Sukadana. Filosofi konstruksi bangunan masjid ini, yaitu pada bagian kepala menggambarkan dunia atas, badan dunia tengah, dan kaki dan dunia bawah.
Hal ini merupakan satu kesatuan dalam entitas kosmos masyarakat Lombok Utara. Di dalam masjid ini terdapat beleq (makam besar) yang disebut Makam Reak. Makam reak adalah makam salah seorang penyebar agama Islam pertama di kawasan ini, yakni Gaus Abdul Rozak. Di dalam masjid ini juga terdapat sebuah bedug kayu yang digantung di tiang atap masjid.
Bedug ini biasanya dibunyikan pada acara-acara tertentu ketika masjid dalam kondisi terpakai, seperti, maulid adat, tarawih (namun, tidak sembarang orang yang bisa melakukan ibadah atau ritual adat lainnya di dalam masjid, tarawih maupun shalat di sini hanya boleh di lakukan oleh para kiyai) dan Hari raya. Di belakang kanan dan depan kiri masjid terdapat dua gubuk kecil.
Di dalam kedua gubuk ini, terdapat makam tokoh-tokoh agama yang turut membangun dan mengurusi masjid ini sedari awal serta turut menyebarkan agama Islam di , diantaranya Pawelangan, Titi Mas Puluh, Sesait, dan Karem Saleh. Makam tersebut di dominasi berbahan dasar bedek (dinding bambu).
Sehari-hari, Masjid Bayan Beleq tidak lagi digunakan oleh masyarakat sekitar. Namun, masjid ini akan kembali ramai pada hari besar agama Islam, seperti Maulid Nabi Muhammad yang dirayakan selama dua hari.
Pada perayaan acara ini, para pengunjung yang ingin mengikuti prosesi upacara diwajibkan untuk mengikuti peraturan yang ada, semisal harus menggunakan baju adat Sasak seperti dodot dan sapuk.
Masjid ini berdiri pada abad ke-17, yang berarti usianya telah lebih dari 300 tahun. Di Kecamatan Bayan inilah, Islam pertama kali diperkenalkan, dan Masjid Bayan Beleq merupakan masjid pertama yang berdiri di Pulau Lombok.
Wujud masjid kuno ini sangat sederhana. Dindingnya terbuat dari anyaman bambu, atapnya berbentuk tumpang yang tersusun rapi dari atap santek (bilah bambu) dengan lantai yang terbuat dari tanah liat yang dilapisi susunan batu kali dan ditutupi dengan tikar buluh.
Bentuk masjid ini tidak berbeda jauh dengan rumah-rumah adat sekitarnya. Denahnya berBangunan masjid memiliki ukuran 9 x 9 meter. Di sudut-sudut ruang masjid terdapat empat tiang utama penopang masjid yang terbuat dari kayu nangka berbentuk silinder.
Keempat tiang tersebut berasal dari empat desa (dusun), yaitu tiang sebelah Tenggara dari Desa Bilok Petung Lombok Timur; tiang sebelah timur laut dari Desa Terengan; tiang sebelah barat laut dari Desa Senaru; tiang sebelah Barat Daya dari Dusun Semokon Desa Sukadana. Filosofi konstruksi bangunan masjid ini, yaitu pada bagian kepala menggambarkan dunia atas, badan dunia tengah, dan kaki dan dunia bawah.
Hal ini merupakan satu kesatuan dalam entitas kosmos masyarakat Lombok Utara. Di dalam masjid ini terdapat beleq (makam besar) yang disebut Makam Reak. Makam reak adalah makam salah seorang penyebar agama Islam pertama di kawasan ini, yakni Gaus Abdul Rozak. Di dalam masjid ini juga terdapat sebuah bedug kayu yang digantung di tiang atap masjid.
Bedug ini biasanya dibunyikan pada acara-acara tertentu ketika masjid dalam kondisi terpakai, seperti, maulid adat, tarawih (namun, tidak sembarang orang yang bisa melakukan ibadah atau ritual adat lainnya di dalam masjid, tarawih maupun shalat di sini hanya boleh di lakukan oleh para kiyai) dan Hari raya. Di belakang kanan dan depan kiri masjid terdapat dua gubuk kecil.
Di dalam kedua gubuk ini, terdapat makam tokoh-tokoh agama yang turut membangun dan mengurusi masjid ini sedari awal serta turut menyebarkan agama Islam di , diantaranya Pawelangan, Titi Mas Puluh, Sesait, dan Karem Saleh. Makam tersebut di dominasi berbahan dasar bedek (dinding bambu).
Sehari-hari, Masjid Bayan Beleq tidak lagi digunakan oleh masyarakat sekitar. Namun, masjid ini akan kembali ramai pada hari besar agama Islam, seperti Maulid Nabi Muhammad yang dirayakan selama dua hari.
Pada perayaan acara ini, para pengunjung yang ingin mengikuti prosesi upacara diwajibkan untuk mengikuti peraturan yang ada, semisal harus menggunakan baju adat Sasak seperti dodot dan sapuk.