Desa Tradisional Karang Bayan

Karang Bayan merupakan salah satu desa yang memiliki akulturasi budaya Hindu yang masih kuat di Lombok, karena pada jaman dulu Raja Karang Asem Bali pernah menguasai desa tersebut. Masyarakat Karang Bayan umumnya beragama Islam dan beberapa dari mereka masih menganut watu telu.
Desa Tradisional Karang Bayan
Sesepuh setempat percaya, Nenek moyang penduduk Desa Karang Bayan berasal dari Bayan, Lombok Utara yang merupakan pusat watu telu. Asumsi ini diperkuat dengan kemiripan dialek Sasak yang digunakan di Karang Bayan dan Bayan, kemiripan nama desa, dan kemiripan bentuk bangunan bersejarah yang ada di tengah-tengah desa. Islam Waktu Telu sendiri sangat dipengaruhi oleh budaya Bali

Harmonisasi antara Bali dan Sasak Islam Waktu Telu dapat dilihat dalam tradisi adat Desa Karang Bayan, yaitu Pijian dan Kikiran. Pijian adalah tanda terima kasih yang diberikan Sasak Islam kepada umat Hindu agar menghadiri acara tertentu. Ini adalah salah satu cara untuk mengundang keluarga Hindu untuk datang ke acara yang salah satu keluarga Muslim.

Pijian ini sendiri berisi 2 buah kelapa, 2 buah telur, minyak dan rempah-rempah. Sedangkan Kikiran merupakan salah satu prosesi adat meratakan gigi dengan mengunakan alat tertentu. Tujuannya adalah untuk memurnikan tubuh manusia. Biasanya prosesi adat ini disebut ngosokan dalam adat Karang Bayan dan biasanya dirangkai pada cara rowah atau gawe beleq.

Selain adatnya yang kental, Desa Karang Bayan sangat subur karena memiliki sumber mata air Kayangan dan Pancor Ancak. Kedua mata air tersebut dapat dicapai dengan berjalan kaki sekitar 30 menit dari pemukiman desa. Sepanjang jalan, suasana segar hutan tropis, suara burung bersenandung dan gemericik air sungai merupakan atraksi wisata yang sangat mengangumkan. Desa Karang Bayan ini juga kaya akan hasil alam, baik pertanian dan perkebunan.

Kita dapat melihat beberapa buah-buahan tropis menggantung pada batang dan terkagum-kagum dengan penduduk desa yang ramah berjalan sambil membawa kayu kering atau hasil panen di kepala dan bahu mereka. Selain melakukan soft trekking di sekitar bukit, jangan lewatkan untuk mengunjungi beberapa bangunan bersejarah di tempat ini.

Click to comment