Situs Wadu Pa’a situs Wadu Pa’a letaknya tidak terlalu jauh dari pantai, di dataran di tepian Teluk Wadu Pa’a, suatu teluk kecil di sebelah barat daya teluk Bima.
Tempat itu cukup terlindung dari angin dan arus laut yang kuat, sehingga merupakan tempat yang ideal sebagai tempat berlabuh. Apalagi dekat dengan lokasi situs terdapat sumber mata air yang dapat dipakai untuk minum dan menambah perbekalan para pelaut dan saudagar yang singgah .
Situs Wadu Pa’a (= Batu Pahat) merupakan salah satu situs “Candi Tebing”, seperti “Candi Tebing” di Gunung Kawi Tampaksiring, Bali yang memiliki nilai sejarah yang cukup tinggi.
Dilihat dari temuannya, Wadu Pa’a merupakan tempat pemujaan ajaran Buddha tetapi bercampur dengan ajaran Hindu dengan memuja Śiwa dengan petunjuknya berupa relief Ganeśa, Śiwa Mahāguru, Buddha, dan relief stupa dengan berbagai tingkat payung (chattra).
Tinggalan budaya masa lampau di Situs Wadu Pa’a dibagi dalam dua kelompok yang masing-masing kelompok berjarak sekitar 500 meter. Kelompok I letaknya di sebelah utara, dan Kelompok II letaknya di sebelah selatan di ujung Teluk Wadu Pa’a.
Dilihat dari jumlah/macam pahatannya, Kelompok I merupakan kelompok yang terluas. Pada kelompok itu terdapat sekurang-kurangnya 21 pahatan dalam berbagai bentuk.
Dimulai dari bentuk yang paling utara ke selatan, yaitu bentuk Agastya; prasasti; relief dalam ceruk yang berbentuk lingga, lapik, dan Buddha; relief stupa dengan chattra bersusun, Ganeśa, stupa dengan chattra yasthi tunggal; relief lingga-yoni; relief lingga; mahluk Gana; relief dua stupa dengan chattra bersusun 15; stupa dengan chattra bersusun 11; stupa dengan chattra tunggal; stupa bercabang tiga; tiga dasar stupa, relief Dyani Buddha yang diapit sepasang stupa dalam ceruk; relief dua stupa dalam ceruk; relief dua lingga di dalam ceruk; lingga-yoni di dalam ceruk; relief dua stupa di dalam satu ceruk; dan relief linggayoni di dalam ceruk.
Tempat itu cukup terlindung dari angin dan arus laut yang kuat, sehingga merupakan tempat yang ideal sebagai tempat berlabuh. Apalagi dekat dengan lokasi situs terdapat sumber mata air yang dapat dipakai untuk minum dan menambah perbekalan para pelaut dan saudagar yang singgah .
Situs Wadu Pa’a (= Batu Pahat) merupakan salah satu situs “Candi Tebing”, seperti “Candi Tebing” di Gunung Kawi Tampaksiring, Bali yang memiliki nilai sejarah yang cukup tinggi.
Dilihat dari temuannya, Wadu Pa’a merupakan tempat pemujaan ajaran Buddha tetapi bercampur dengan ajaran Hindu dengan memuja Śiwa dengan petunjuknya berupa relief Ganeśa, Śiwa Mahāguru, Buddha, dan relief stupa dengan berbagai tingkat payung (chattra).
Tinggalan budaya masa lampau di Situs Wadu Pa’a dibagi dalam dua kelompok yang masing-masing kelompok berjarak sekitar 500 meter. Kelompok I letaknya di sebelah utara, dan Kelompok II letaknya di sebelah selatan di ujung Teluk Wadu Pa’a.
Dilihat dari jumlah/macam pahatannya, Kelompok I merupakan kelompok yang terluas. Pada kelompok itu terdapat sekurang-kurangnya 21 pahatan dalam berbagai bentuk.
Dimulai dari bentuk yang paling utara ke selatan, yaitu bentuk Agastya; prasasti; relief dalam ceruk yang berbentuk lingga, lapik, dan Buddha; relief stupa dengan chattra bersusun, Ganeśa, stupa dengan chattra yasthi tunggal; relief lingga-yoni; relief lingga; mahluk Gana; relief dua stupa dengan chattra bersusun 15; stupa dengan chattra bersusun 11; stupa dengan chattra tunggal; stupa bercabang tiga; tiga dasar stupa, relief Dyani Buddha yang diapit sepasang stupa dalam ceruk; relief dua stupa dalam ceruk; relief dua lingga di dalam ceruk; lingga-yoni di dalam ceruk; relief dua stupa di dalam satu ceruk; dan relief linggayoni di dalam ceruk.