Desa Batu Rotok merupakan desa terpencil di kawasan pedalaman yang memiliki pola adat dan karakter budaya tradisional yang kuat dengan kehidupan sosial yang sangat menarik. Letaknya yang secara geografis jauh dari wilayah perkotaan serta keterbatasan media sosial, membuat beberapa gejala sosial seperti pengaruh globalisasi seakan tidak berkembang atau bahkan tidak ada. Hal itulah yang membuat adat dan kebudayaan masyarakat setempat tetap terpelihara dengan baik. Dalam lingkup sosial kemasyarakatan, nilai-nilai paguyuban dan keakraban yang terjalin antar sesama tidak pernah hilang baik di kalangan muda, anak-anak, hingga dewasa. Sampai saat ini, sikap gotong royong masih bisa dijumpai di Desa Batu Rotok.
Nilai paguyuban masyarakat Desa Batu Rotok salah satunya dapat dilihat pada saat prosesi adat pernikahan. Masyarakat berbondong-bondong menghampiri untuk memberikan uluran tangannya secara sukarela untuk persiapan acara. Masyarakat biasanya membawa beras (panulung) ke rumah calon pengantin untuk persiapan acara. Masyarakat bahu membahu untuk acara adat, mulai dari persiapan hingga acara khas untuk meramaikan suasana, seperti Ratib Rebana Ode (kesenian musik Sumbawa, yaitu menabuh rebana seraya melafaskan syair yang bernafaskan Islam).
Masyarakat Desa Batu Rotok begitu religius dan menjunjung tinggi nilai-nilai Islam, sehingga hewan apapun dilarang masuk ke dalam desa tersebut, karena dapat membawa kotoran/najis yang berujung pada kebersihan masyarakat, termasuk dalam hal beribadah. Oleh karena itu, hewan-hewan ternak ditempatkan pada area yang terbilang cukup jauh dari pemukiman penduduk.
Desa Batu Rotok memiliki iklim yang dingin dan berkabut karena letaknya yang dikelilingi belantara pegunungan. Masyarakat desa ini bekerja di sektor agraris. Penduduknya menggunakan sistem terasering untuk bercocok tanam dikarenakan area persawahan yang terjal. Hasil pertanian kemudian disimpan di Alang, yaitu lumbung padi atau tempat penyimpanan hasil panen yang berbentuk rumah adat. Desa ini terkenal akan hasil kopinya yang khas, yaitu kawa tai ujat (kopi luwak).
Nilai paguyuban masyarakat Desa Batu Rotok salah satunya dapat dilihat pada saat prosesi adat pernikahan. Masyarakat berbondong-bondong menghampiri untuk memberikan uluran tangannya secara sukarela untuk persiapan acara. Masyarakat biasanya membawa beras (panulung) ke rumah calon pengantin untuk persiapan acara. Masyarakat bahu membahu untuk acara adat, mulai dari persiapan hingga acara khas untuk meramaikan suasana, seperti Ratib Rebana Ode (kesenian musik Sumbawa, yaitu menabuh rebana seraya melafaskan syair yang bernafaskan Islam).
Masyarakat Desa Batu Rotok begitu religius dan menjunjung tinggi nilai-nilai Islam, sehingga hewan apapun dilarang masuk ke dalam desa tersebut, karena dapat membawa kotoran/najis yang berujung pada kebersihan masyarakat, termasuk dalam hal beribadah. Oleh karena itu, hewan-hewan ternak ditempatkan pada area yang terbilang cukup jauh dari pemukiman penduduk.
Desa Batu Rotok memiliki iklim yang dingin dan berkabut karena letaknya yang dikelilingi belantara pegunungan. Masyarakat desa ini bekerja di sektor agraris. Penduduknya menggunakan sistem terasering untuk bercocok tanam dikarenakan area persawahan yang terjal. Hasil pertanian kemudian disimpan di Alang, yaitu lumbung padi atau tempat penyimpanan hasil panen yang berbentuk rumah adat. Desa ini terkenal akan hasil kopinya yang khas, yaitu kawa tai ujat (kopi luwak).