Pulau Bungin

Bubungin atau Bungin bermakna gundukan pasir putih yang muncul di tengah laut. Pulau Bungin dihuni oleh suku Bajo dari Sulawesi Selatan sejak kedatangan Palema Mayo, salah seorang putra Raja Selayar ke daratan Sumbawa pada tahun 1812.
Pulau Bungin
Waktu itu, Pulau Bungin hanya ditumbuhi pohon bakau dan luasnya masih 3 hektar saja. Setiap tahun pulau ini terus bertambah luasnya karena adanya reklamasi untuk menampung penambahan keluarga yang baru menikah.

Rata-rata setiap tahunnya, bertambah 10 buah rumah baru di Pulau Bungin. Kini pulau ini meluas menjadi sekitar 8,5 hektare dengan jumlah penduduk hampir 3.600 jiwa. Jarang warga Bungin yang merantau. Mereka kebanyakan memilih tetap tinggal di Bungin dan bekerja sebagai nelayan. Dari daratan utama, Pulau Bungin dapat dijangkau menggunakan perahu motor maupun jalan buatan yang lebarnya sekitar 1,25 meter.

Sebagai pulau terpadat di dunia, di Bungin hampir tidak dijumpai lahan kosong. Tidak ditemukan juga lahan pertanian, perkebunan, maupun peternakan. Satusatunya lahan terbuka yang luas adalah halaman masjid, halaman dua buah SD, dan halaman kantor desa. Pulau Bungin tidak memiliki garis pantai, karena sepanjang pesisir pulau seluruhnya telah dibangun menjadi tempat tinggal.

Warga yang hendak membangun rumah baru harus menguruk lautan dengan batu karang mati pada sisi luar pulau yang sudah ditentukan setinggi 2 meter yang disebut tallasa. Tradisi membuat tallasa masih terpelihara dengan baik sebagai entitas suku Bajo Pulau Bungin.

Rumah yang dibangun di atas tallasa adalah rumah panggung khas suku Bajo. Pondasi batu karang laut dibentuk persegi empat panjang berukuran 15 x 6 meter hingga berukuran 17 x 20 meter. Ukuran rumah sudah ditentukan awig-awig Pulau Bungin. Biasanya dipilih bulan baik untuk mendirikan rumah yaitu Sya'ban menjelang puasa.

Untuk kebutuhan air tawar penduduk Pulau Bungin berasal dari pipa bawah laut yang disuplai dari sungai Marente-Alas di daratan Sumbawa (7 km dari Pulau Bungin). Sebelumnya, para penduduk mendapatkan air bersih di sumur tua Nange yang dipercaya sebagai sumur keramat di seberang daratan Sumbawa.

Click to comment