Liang Bukal dalam bahasa Samawa berarti lubang kelelawar. Dinamakan demikian, karena memang goa ini dihuni oleh banyak kelelawar. Liang Bukal berada di lembah pegunungan Raboran yang ditutupi rimbunan pohon hutan tropis nan eksotis dengan aliran air sungai yang jernih. Lokasinya 1,5 km dari Liang Petang.
Mulut goa berjarak sekitar 200 meter dari depan gapura yang berada di sisi tebing diantara rimbunan pohon dengan akar-akar yang menggantung. Akses menuju Liang Bukal cukup menantang. Setelah menyeberangi sungai, pengunjung harus sedikit mendaki perbukitan yang cukup menanjak dan berbatu, serta tanaman berduri.
Saat mendekati mulut goa ini, bau khas kotoran keleawar akan langsung tercium. Permukaan tanah sedikit lembab ditambah dengan bekas kotoran kelelawar. Dinding dan langit gua terkesan seperti kalau tempat ini sudah dihuni oleh kelelawar sejak lama. Area yang bisa dimasuki hanya beberapa meter saja dan ada banyak ruang dengan tingkatan dinding gua dan langit-langit yang tinggi.
Jika ingin menyaksikan kawanan sang mamalia, datanglah pada bulan Agustus sampai Oktober. Pada bulan tersebut kawanannya lebih banyak dibanding bulan lainnya. Sore hari sebelum mencari mangsa, kerumunannya akan mengitari mulut gua dibarengi dengan suara lengkingan yang menyeramkan. Masyarakat Desa Batu Tering memanfaatkan kotoran kelalawar sebagai pupuk dan berburu kelelawar sebagai tambahan penghasilan.
Sebelum menuju gua, sebaiknya beristirihat terlebih dahulu di berugak yang khusus disediakan bagi pengunjung taman sembari menikmati keindahan alam Liang Bukal. Jika ingin merasakan sensasi kesegaran air pegunungan, pengunjung dapat mandi sepuasnya di sungai yang airnya segar sambil menikmati keindahan tebing karang yang mengapit kedua sisi sungai.
Mulut goa berjarak sekitar 200 meter dari depan gapura yang berada di sisi tebing diantara rimbunan pohon dengan akar-akar yang menggantung. Akses menuju Liang Bukal cukup menantang. Setelah menyeberangi sungai, pengunjung harus sedikit mendaki perbukitan yang cukup menanjak dan berbatu, serta tanaman berduri.
Saat mendekati mulut goa ini, bau khas kotoran keleawar akan langsung tercium. Permukaan tanah sedikit lembab ditambah dengan bekas kotoran kelelawar. Dinding dan langit gua terkesan seperti kalau tempat ini sudah dihuni oleh kelelawar sejak lama. Area yang bisa dimasuki hanya beberapa meter saja dan ada banyak ruang dengan tingkatan dinding gua dan langit-langit yang tinggi.
Jika ingin menyaksikan kawanan sang mamalia, datanglah pada bulan Agustus sampai Oktober. Pada bulan tersebut kawanannya lebih banyak dibanding bulan lainnya. Sore hari sebelum mencari mangsa, kerumunannya akan mengitari mulut gua dibarengi dengan suara lengkingan yang menyeramkan. Masyarakat Desa Batu Tering memanfaatkan kotoran kelalawar sebagai pupuk dan berburu kelelawar sebagai tambahan penghasilan.
Sebelum menuju gua, sebaiknya beristirihat terlebih dahulu di berugak yang khusus disediakan bagi pengunjung taman sembari menikmati keindahan alam Liang Bukal. Jika ingin merasakan sensasi kesegaran air pegunungan, pengunjung dapat mandi sepuasnya di sungai yang airnya segar sambil menikmati keindahan tebing karang yang mengapit kedua sisi sungai.